دانلود کتاب Antibodi dan Imunohistokimia
by R. Warsito & Hastari Wuryastuti
|
عنوان فارسی: آنتی بادی ها و ایمونوهیستوشیمی |
دانلود کتاب
جزییات کتاب
Buku ini mencakup tiga bahasan utama, yaitu Antibodi, Metode Imunohistokimia dan Streptavidin biotin. Pada bagian Antibodi, diberikan pemahaman secara rinci struktur dan fungsi antibodi (imunoglobulin). Antibodi adalah immunoglobulin (Ig) yang berbentuk “Y” yang berdasarkan pada kesamaan strukturnya dibagi menjadi klas dan sub-klas yang berbeda. Pada mamalia, ada 5 klas antibodi, yaitu IgG, IgA. IgM, IgD dan IgE. Imunogobulin berfungsi mengikat dan merusak antigen (bakteri, virus ataupun parasit) pada sel hospes sehingga dapat dikeluarkan dari dalam tubuh dengan cara netralisasi, opsonisasi dan aktifasi komplemen. Imunoglobulin G (IgG) adalah paling stabil dan terdapat banyak di dalam serum (± 80%). Imunoglobulin G dalam serum merupakan petunjuk adanya respon kekebalan humoral yang bersifat sekunder. Imunoglobulin A terdapat banyak dalam sekresi eksternal (air mata, saliva, keringat, lendir, cairan saluran pencernaan dan sekresi paru-paru), serta kolostrum dan air susu. Imunoglobulin A berfungsi melindungi sel-sel epitelia dari infeksi. Imunoglobulin M (IgM) adalah antibodi yang mudah mengalami kerusakan dan yang paling banyak terdapat dalam serum pada minggu pertama setelah infeksi ataupun vaksinasi. Imunoglobulin D (IgD) merupakan antibodi yang terdapat sangat sedikit dalam serum, diekspresikan pada permukaan limfosit B (reseptor antigen untuk sel limfosit B) dan berperan dalam diferensiasi limfosit akibat adanya antigen. Imunoglobulin E (IgE) merupakan imunoglobulin yang terdapat dalam serum dengan konsentrasi yang paling rendah jika dibandingkan dengan IgG, IgA, IgM atau IgD. Imunoglobulin E menempel pada mast cell dan basofil sehingga sel-sel radang tersebut akan mampu membebaskan histamin dan serotonin yang menyebabkan reaksi alergi.
Pada bagian Metode Imunohistokimia, dibahas berbagai macam sampel, mulai dari darah sampai jaringan, bahkan mukus dan air, macam fiksatif dan cara-cara fiksasi yang tepat yang dapat diaplikasikan. Juga dibahas arti penting adesif dan enzim proteolitik pada uji imunohistokimia. Berbagai pendekatan uji imunopatologis diagnostik dengan metode imunohistokimia jaringan, terutama peroksidase anti peroksidase (PAP), alkalin fosfatase anti alkalin fosfatase (APAAP), avidin biotin kompleks (ABC) dan streptavidin biotin (SB) dengan berbagai macam dasar ilmiah yang melatar belakangi aplikasi metode tersebut disertai prosedur kerja masing-masing metode tersebut juga dibahas di bagian ini.
Pada bagian Streptavidin biotin (SB), dibahas keuntungan atau kelebihan aplikasi SB jika dibandingkan dengan PAP, APAAP dan ABC dalam peneguhan diagnosis penyakit infektif maupun non-infektif. Pada bagian ini, lebih difokuskan pada hasil kerja nyata laboratorik aplikasi metode SB di bidang kesehatan hewan dan peternakan, perikanan dan kedokteran. Untuk penyakit pada ikan, SB telah berhasil diaplikasikan untuk iridovirus dan VNN atau viral nervous necrosis pada ikan kerapu, KHV atau koi herpes virus pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan mas koi (Cyprinus carpio koi). Streptococcus iniae pada ikan nila, Mycobacterium fortuitum pada ikan gurame, dan WSSV atau white spot syndrome virus pada udang windu . Metode SB telah diaplikasikan untuk penyakit hewan, antara lain: BVDV atau bovine viral diarrhea virus pada sapi, Toxoplasma gondii pada burung dara dan anjing, rabies pada anjing, elephantiasis pada gerbil, TGEV atau transmissible gastroenteritis pada babi, flu burung H5N1 pada unggas dan sapi gila (mad cow syndrome) atau BSe (bovine spongiform encephalopathy), dan Staphylococcus aureuspada burung wallet (Collocalia inexpacta), dan untuk penyakit pada manusia yaitu: DHF atau dengue hemorraghic fever, tuberkulosis dan endometriosis.